SELAMAT DATANG DI BLOG PERUSAHAAN PT. NUSA INFO BLOG-SPOT Tbk.

Minggu, 27 November 2011

Cara pengoperasian eskafator

akhirnya nulis lagi assallamualaikum
Dari pembangunan gedung dan jalan untuk pemulihan daerah bencana, excavator  yang digunakan di seluruh dunia untuk memperbaiki dan membangun infrastruktur sosial yang mendukung kehidupan masyarakat.
Bulldozer, salah satu jenis paling terkenal peralatan konstruksi dan umumnya disebut sebagai mesin-meratakan tanah sebuah ”, digunakan untuk menjadi mesin utama konstruksi yang digunakan di lokasi konstruksi. Namun, meratakan tanah adalah salah satu elemen dari beragam jenis pekerjaan yang dilakukan di lokasi konstruksi hari ini, termasuk penggalian, pemuatan pasir dan kerikil ke dalam truk dump dan mengangkat bahan konstruksi berat. Hydraulic excavator bahkan menjadi lebih mudah karena mereka dapat melakukan semua tugas ini sendiri.


Boom/Stick Option
A. SHIPPING LENGTH OF UNIT 31.5 ft in 9605 mm
C. SHIPPING HEIGHT OF UNIT 10.4 ft in 3180 mm
I. MAX CUTTING HEIGHT 31.7 ft in 9670 mm
J. MAX LOADING HEIGHT 22.4 ft in 6830 mm
K. MAX REACH ALONG GROUND 30.3 ft in 9250 mm
L. MAX VERTICAL WALL DIGGING DEPTH 17.4 ft in 5300 mm
M. MAX DIGGING DEPTH 20.3 ft in 6180 mm
DimensionsB. WIDTH TO OUTSIDE OF TRACKS 9.8 ft in 2990 mm
D. LENGTH OF TRACK ON GROUND 12 ft in 3660 mm
E. GROUND CLEARANCE 1.5 ft in 450 mm
G. HEIGHT TO TOP OF CAB 9.7 ft in 2950 mm
H. TAIL SWING RADIUS 9 ft in 2750 mm
O. COUNTERWEIGHT CLEARANCE 3.4 ft in 1030 mm

Undercarriage
F. TRACK GAUGE 7.8 ft in 2390 mm
N. SHOE SIZE 23.6 in 600 mm
Bagian depan mesin paling menonjol.Bagian bawah disebut ‘Boom’, Lengan bagian tengah ‘, dan bagian ujung, yang digunakan untuk pekerjaan penggalian, ini disebut sebagai’ Bucket ‘. Bucket ini dapat digantikan dengan lampiran lain untuk melakukan berbagai tugas, mulai dari teknik sipil untuk bekerja pembongkaran bangunan.
aplikasi dan perlengkapanya

skema kerja

Excavator, misalnya, adalah kandidat utama untuk sistem energi pemulihan.lengan besar Mesin, ketika menurunkan, menghasilkan banyak berlaku pada akhir tongkat silinder angkat. Pada gilirannya, ini diberikannya kekuatan besar di ujung  fluida dan silinder. Fluida dipaksa dari silinder – di beberapa ratus psi, dalam kebanyakan kasus – throttles melalui katup dan kembali ke reservoir. Hasil: energi potensial di angkat tinggi hilang sebagai panas ketika menurunkan lengan.
kEnergi-pemulihan sistem, sebaliknya, gunakan cairan tekanan tinggi dari silinder untuk mendorong motor hidrolik. Motor, pada gilirannya, drive pompa hidrolik ke   akumulator. Energi disimpan dalam akumulator piston  selanjutnya bisa dimanfaatkan untuk menambaha aliran pompa dan membantu mengangkat lengan excavator dan beban pada siklus pekerjaan berikutnya.
Sebagai contoh, jika menurunkan lengan penggali memindahkan 7 galon fluida pada 1.000 psi, motor hidrolik dapat mengendarai pompa hidrolik dan mengembangkan 2.175 psi atau lebih. Ini cairan tekanan tinggi kemudian dapat disimpan dalam akumulator untuk digunakan dalam siklus lift berikutnya.
Seperti energi-recovery sistem memungkinkan untuk mengurangi ukuran pompa sebesar 25%, dengan menghasilkan penghematan biaya bahan bakar setinggi 30 sampai 35%.
Excavator dengan pemulihan energi fitur umum perintah tentang premi 15% atas biaya dari mesin standar, tergantung pada harga bahan bakar atau listrik.Selain ekskavator, pemulihan energi umumnya menghasilkan payback terbaik di loading dan mesin penggalian. excavator Kehutanan dengan akumulator, misalnya, memiliki penghematan biaya bahan bakar sekitar 25 sampai 30% karena mereka dapat menggunakan mesin diesel lebih kecil. Khas mesin yang digunakan dalam aplikasi konstruksi menghasilkan penghematan 10%.
Selain itu, siklus pembebanan sebagian besar sekitar 20 detik ketika aliran pompa penuh tidak digunakan. Akibatnya, pompa primer beroperasi dalam mode sebagian kompensasi dan menarik daya yang lebih kecil. Pompa aliran selama waktu “diam” juga dapat mengisi akumulator. Kemudian, ketika sistem hidrolik membutuhkan aliran penuh, akumulator dapat suplemen mengalir dari pompa. Di sini, desainer mengambil keuntungan dari konsep ini dapat secara signifikan mengurangi ukuran pompa primer.
Sebuah  sistem khas akumulator 8,5 galon cairan pada tekanan antara 1150 dan 2175 psi. debit fluida dari akumulator memakan waktu sekitar 5 detik, atau laju alir 102 gpm. Menggabungkan aliran akumulator’s 8,5 galon dengan output dari pompa 80-gpm menghasilkan tingkat aliran 108,7 gpm selama jangka waktu 5-sec. Aliran sesaat cairan disimpan dalam akumulator dikombinasikan dengan hasil pompa primer dalam sistem, lebih-lebih cepat responsif.
Secara umum, excavator menggunakan piston akumulator 50-galon gas dilengkapi dengan botol galon 50 – silinder bertekanan yang meningkatkan kapasitas – untuk kapasitas gas total 100 galon. mesin yang lebih kecil menggunakan sekitar 30 galon kapasitas gas. Beberapa produsen geng mesin yang lebih kecil lima akumulator piston 6-galon. Lain OEM kandung kemih lebih enam unit kombinasi 5-galon.
Menggunakan botol gas bersama dengan akumulator dapat secara signifikan mengurangi biaya dan juga menghemat ruang. botol Gas dapat me-mount remote dan dalam orientasi apapun. Excavator desainer akumulator posisi biasanya di bagian belakang dan mengganti sebagian dari berat mengimbanginya.
Ukuran akumulator
Akumulator ukuran cukup mudah sekali desainer tahu volume pulih dari output silinder setelah intensifikasi oleh pompa sekunder. Pada dasarnya, akumulator adalah ukuran untuk melengkapi aliran pompa, jadi insinyur perlu mengetahui sistem tekanan minimum dan maksimum dan berapa banyak cairan akumulator harus memberikan.
Beberapa produsen akumulator menawarkan kalkulator berbasis perangkat lunak untuk merampingkan proses. Parker’s inPHorm Akumulator Ukuran dan software Seleksi, misalnya, melakukan perhitungan yang diperlukan dan memudahkan proses menyortir katalog grafik, tabel, dan gambar. Perangkat lunak ini meliputi perhitungan untuk menggunakan akumulator sebagai sumber daya tambahan seperti menambah aliran pompa. bla bla
soal engine,tranmisi pump kan sudah saya bahas pada artikel hidrolik   disini saya cukup menperkenalkan yang sedikit saja dan mengenal lebih dekat

aplikasi terbaru muncul pada 2007 hitachi
sekarang datang sebagai fitur built-in dari seri ZAXIS-3. Dengan melihat sudut lebar 160 derajat, ‘bintik buta’ terhadap bagian belakang kendaraan diminimalkan, dan operator dapat memeriksa keamanan di sekitar kendaraan melalui monitor.
himbauan
Keselamatan Langkah-langkah untuk Mencegah Kecelakaan
Pengusaha menggunakan ekskavator hidrolik dengan perangkat kopling cepat dapat melindungi karyawan dari rilis yang tidak diinginkan lampiran oleh:

  • Memeriksa semua couplers cepat untuk menentukan apakah mereka tunduk pada rilis bahaya tak terduga. Tentukan apakah dipasang pin penguncian secara manual dan prosedur instalasi (atau metode penyesuaian lainnya) telah disediakan oleh produsen.
  • Jika sesuai, mendapatkan dan menginstal retrofits direkomendasikan oleh produsen, termasuk pin penguncian positif dan perangkat lain yang perlu diinstal secara manual.
  • Menggunakan sistem sekunder independen untuk mempertahankan ember / alat kerja dari jatuh, dalam hal kegagalan sistem utama. Sistem sekunder baik secara manual maupun otomatis dengan prosedur verifikasi bagi pengguna untuk memeriksa lampiran yang tepat.
  • Mengingat penggunaan model terbaru dari couplers cepat yang telah secara khusus dirancang untuk mencegah pelepasan yang tidak disengaja lampiran.
  • Berikut rekomendasi pabrik untuk pemeliharaan dan pemeriksaan coupler cepat untuk mencegah kerusakan dari coupler cepat yang dapat menyebabkan pelepasan yang tidak disengaja lampiran.
  • Setelah instalasi pabrik prosedur dan rekomendasi untuk menggunakan dan pengujian perangkat coupler koneksi cepat dan lampiran 4 lampiran setiap kali dibuat.
  • Pelatihan karyawan di: penggunaan yang tepat dari couplers cepat; membuat inspeksi visual; prosedur untuk melibatkan lampiran, dan metode untuk pengujian koneksi.
  • Membutuhkan karyawan untuk menggunakan prosedur yang tepat untuk melibatkan lampiran penggalian dan menggabungkan prosedur menjadi perusahaan keamanan dan program kesehatan.

Fitur:

  • Desain Kustom memungkinkan maksimum berukuran yard dengan lebar sempit.
  • produktivitas tinggi berarti keuntungan yang lebih besar.
  • Dibangun dari tertinggi kualitas bahan dan pengerjaan – memberikan Anda kehidupan ember lagi!
  • putaran bawah ember kami menawarkan rilis material yang lebih baik karena desain jari-jari.
  • ember Round bawah membutuhkan batu kurang tidur.
  • gigi Tidak berarti biaya operasi yang lebih rendah.Juga tersedia dalam dasar rata dengan sudut persegi atau dibulatkan.
Bucket berukuran yard
Lebar Tersedia



Memukul Cap.
24 “
36 “
48 “
60 “
72 “
84 “
Max. Kapasitas menumpuk
Keuntungan Maksimum berukuran yard
Berat
1 / 3
X
X




08/03
13%
500
1 / 2
X
X
X



08/05
25%
840
08/05
X
X
X



04/03
20%
950
04/03
X
X
X



9 / 10
20%
1050
08/07
X
X
X



1 10/01
26%
1150
1
X
X
X



1 1 / 4
25%
1400
11 / 4
X
X
X
X


1 08/05
30%
1850
1 1 / 2
X
X
X
X


1 08/07
25%
2100
1 04/03
X
X
X
X


2 1 / 4
29%
2500
2
X
X
X
X


2 5 / 8
31%
2750
2 1 / 4

X
X
X


2 08/07
28%
2850
2 1 / 2

X
X
X
X

3 04/01
30%
2950
2 04/03

X
X
X
X

3 08/05
32%
3.300
3


X
X
X

3 08/07
29%
3.500
3 04/01


X
X
X

4 1 / 4
31%
3.850
3 1 / 2


X
X
X

4 08/05
32%
4.100
3 04/03


X
X
X

4 08/07
30%
4.300
4



X
X

5 08/01
28%
4.600
4 1 / 2



X
X

5 08/07
31%
4.800
5



X
X

6 1 / 2
30%
5.700
5 1 / 2



X
X

7 04/01
32%
5.900
6



X
X

7 08/07
31%
6.500
6 1 / 2



X
X

8 08/03
29%
7.200
7



X
X

8 08/05
23%
7.500
8




X
X
10 04/03
34%
8.800
Bucket menggunakan Hardox 400 untuk Main Blade dan Side Pemotongan Tepi

Selasa, 22 November 2011

DAMPAK LIMBAH INDUSTRI PADA LINGKUNGAN HIDUP

DAMPAK LIMBAH INDUSTRI PADA LINGKUNGAN HIDUP 

Untuk memenuhi tugas




 

















Disusun Oleh :
SURYANTO

STIA TABALONG





SEKOLAH

M O T T O:


“Untuk melihat pemandangan yang terhampar luas di kaki bukit, kita harus mendaki ke puncak gunung. Untuk menguasai wawasan yang luas, kita harus mempunyai pengetahuan yang tinggi.”









KATA PENGANTAR


Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmad, nikmat, taufiq, hidayah, serta inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Dampak Limbah Industri Pada Lingkungan Hidup ”.
Didalam penyusunan makalah ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami, terutama Ibu Mira Kusumasari, S.Pd. selaku guru dan pembimbing kami.
Namun sebagai penulis, kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, maka dari itu kami menerima kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga di masa yang akan datang kami mampu menyusun makalah dengan jauh lebih baik lagi. Dan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Amin…
Akhirnya, kami sampaikan terima kasih sekali lagi atas perhatian dan dukungan dari para pembaca. Wassalam.

Sidoarjo,    Maret 2008


Penulis


DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................... ii
MOTTO     ............................................................................................................ iii
KATA PENGANTAR.......................................................................................... iv
DAFTAR ISI.......................................................................................................... v

BAB   I      PENDAHULUAN.............................................................................. 1
A.    Latar Belakang ................................................................................
B.     Rumusan Masalah............................................................................
BAB   II    PEMBAHASAN................................................................................. 4
A.    Konsep-Konsep Untuk Memahami Masalah Lingkungan
dan Pencemaran Oleh Industri....................................................... 4
B.     Industri dan Pencemaran Lingkungan........................................... 6
C.     Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) dan
Kesehatan..................................................................................... 10
D.    Limbah dan Masalahnya.............................................................. 11
E.     Toksikologi Lingkungan.............................................................. 13
BAB   III   PENUTUP......................................................................................... 15
A.    Kesimpulan ................................................................................. 15
B.     Saran ...............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 17



BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang 
Pengalaman beberapa negara berkembang khususnya negara-negara latin yang gandrung memakai teknologi dalam industri yang ditransfer dari negara-negara maju (core industry) untuk pembangunan ekonominya seringkali berakibat pada terjadinya distorsi tujuan. Keadaan ini terjadi karena aspek-aspek dasar dari manfaat teknologi bukannya dinikmati oleh negara importir, tetapi memakmurkan negara pengekpor atau pembuat teknologi. Negara pengadopsi hanya menjadi konsumen dan ladang pembuangan produk teknologi karena tingginya tingkat ketergantungan akan suplai berbagai jenis produk teknologi dan industri dari negara maju. Alasan umum yang digunakan oleh negara-negara berkembang dalam mengadopsi teknologi (iptek) dan industri, searah dengan pemikiran Alfin Toffler maupun John Naisbitt yang menyebutkan bahwa untuk masuk dalam era globalisasi dalam ekonomi dan era informasi harus melewati gelombang agraris dan industrialis. Hal ini didukung oleh itikad pelaku pembangunan di negara-negara untuk beranjak dari satu tahapan pembangunan ke tahapan pembangunan berikutnya.
Tetapi akibat tindakan penyesuaian yang harus dipenuhi dalam memenuhi permintaan akan berbagai jenis sumber daya (resources), agar proses industri dapat menghasilkan berbagai produk yang dibutuhkan oleh manusia, seringkali harus mengorbankan ekologi dan lingkungan hidup manusia. Hal ini dapat kita lihat dari pesatnya perkembangan berbagai industri yang dibangun dalam rangka peningkatan pendapatan (devisa) negara dan pemenuhan berbagai produk yang dibutuhkan oleh manusia.
Disamping itu, iptek dan teknologi dikembangkan dalam bidang antariksa dan militer, menyebabkan terjadinya eksploitasi energi, sumber daya alam dan lingkungan yang dilakukan untuk memenuhi berbagai produk yang dibutuhkan oleh manusia dalam kehidupannya sehari-hari.
Gejala memanasnya bola bumi akibat efek rumah kaca (greenhouse effect) akibat menipisnya lapisan ozone, menciutnya luas hutan tropis, dan meluasnya gurun, serta melumernya lapisan es di Kutub Utara dan Selatan bumi dapat dijadikan sebagai indikasi dari terjadinya pencemaran lingkungan karena penggunaan energi dan berbagai  bahan kimia secara tidak seimbang.
Selain itu, terdapat juga indikasi yang memperlihatkan tidak terkendalinya polusi dan pencemaran lingkungan akibat banyak zat-zat buangan dan limbah industri dan rumah tangga yang memperlihatkan ketidak-perdulian terhadap lingkungan hidup. Akibat-akibat dari ketidak-perdulian terhadap lingkungan ini tentu saja sangat merugikan manusia, yang dapat mendatangkan bencana bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu, masalah  pencemaran lingkungan baik oleh karena industri maupun konsumsi manusia, memerlukan suatu pola sikap yang dapat dijadikan sebagai modal dalam mengelola dan menyiasati permasalahan lingkungan.
Pengertian dan persepsi yang berbeda mengenai masalah lingkungan hidup sering menimbulkan ketidak-harmonisan dalam pengelolaan lingkungan hidup. Akibatnya seringkali terjadi kekurang-tepatan dalam menerapkan berbagai perangkat peraturan, yang justru menguntungkan perusak lingkungan dan merugikan masyarakat dan pemerintah.
Itikad penanganan dan pemecahan masalah lingkungan telah ditunjukkan oleh pemerintah melalui Kantor Menteri Lingkungan Hidup yang mempersyaratkan seluruh bentuk kegiatan industri harus memenuhi ketentuan Amdal dan menata hasil buangan industri baik dalam bentuk padat, cair maupun gas. Disamping itu, berbagai seruan dan ajakan telah disampaikan kepada konsumen dan rumah tangga pengguna produk industri yang buangannya tidak dapat diperbaharui ataupun didaur ulang. 


B.     Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1.      Bagaimana dampak limbah industri terhadap lingkungan hidup ?
2.      Bagaimana upaya-upaya penyelesaiannya dampak limbah industri terhadap lingkungan hidup ?

BAB II
PEMBAHASAN


A.    Konsep-Konsep Untuk Memahami Masalah Lingkungan Dan Pencemaran Oleh Industri
Seringkali ditemukan pernyataan yang menyamakan istilah ekologi dan lingkungan hidup, karena permasalahannya yang bersamaan. Inti dari permasalahan lingkungan hidup adalah hubungan makhluk hidup, khususnya manusia dengan lingkungan hidupnya. Ilmu tentang hubungan timbal balik makhluk hidup dengan lingkungan hidupnya di sebut ekologi. Lingkungan hidup adalah sistem yang merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya. keadaan dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dengan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan peri kehidupannya dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.
Dari definisi diatas tersirat bahwa makhluk hidup khususnya merupakan pihak yang selalu memanfaatkan lingkungan hidupnya, baik dalam hal respirasi, pemenuhan kebutuhan pangan, papan dan lain-lain.
Dan, manusia sebagai makhluk yang paling unggul di dalam ekosistemnya, memiliki daya dalam mengkreasi dan mengkonsumsi berbagai sumber-sumber daya alam bagi kebutuhan hidupnya.
Di alam terdapat berbagai sumber daya alam yang merupakan komponen lingkungan yang sifatnya berbeda-beda, dimana dapat digolongkan atas :
-          Sumber daya alam yang dapat diperbaharui (renewable natural resources)
-          Sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui (non-renewable natural resources)
Berbagai sumber daya alam yang mempunyai sifat dan perilaku yang beragam tersebut saling berinteraksi dalam bentuk yang berbeda-beda pula. Sesuai dengan kepentingannya maka sumber daya alam dapat dibagi atas; (a). fisiokimia seperti air, udara, tanah, dan sebagainya, (2). biologi, seperti fauna, flora, habitat, dan sebagainya, dan (3). sosial ekonomi seperti pendapatan, kesehatan, adat-istiadat, agama, dan lain-lain.
Interaksi dari elemen lingkungan yaitu antara yang tergolong hayati dan non-hayati akan menentukan kelangsungan siklus ekosistem, yang didalamnya didapati proses pergerakan energi dan hara (material) dalam suatu sistem yang menandai adanya habitat, proses adaptasi dan evolusi.
Dalam memanipulasi lingkungan hidupnya, maka manusia harus mampu mengenali sifat lingkungan hidup yang ditentukan oleh macam-macam faktor. Berkaitan dengan pernyataan ini, Soemarwoto (1991: 50-51) mengkategorikan sifat lingkungan hidup atas dasar:
(1)   Jenis dan jumlah masing-masing jenis unsur lingkungan hidup tersebut
(2)   Hubungan atau interaksi antara unsur dalam lingkungan hidup tersebut
(3)   Kelakuan atau kondisi unsur lingkungan hidup
(4)   Faktor-faktor non-materiil, seperti cahaya dan kebisingan
Manusia berinteraksi dengan lingkungan hidupnya, yang dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan hidupnya, membentuk dan dibentuk oleh lingkungan hidupnya. Hubungan manusia dengan lingkungan hidupnya adalah sirkuler, berarti jika terjadi perubahan pada lingkungan hidupnya maka manusia akan terpengaruh.
Uraian ini dapat menjelaskan akibat yang ditimbulkan oleh adanya pencemaran lingkungan, terutama terhadap kesehatan dan mutu hidup manusia. Misalnya, akibat polusi asap kendaraan atau cerobong industri, udara yang dipergunakan untuk bernafas oleh manusia yang tinggal di lingkungan itu akan tercemar oleh gas CO (karbon monoksida). Berkaitan dengan paparan ini, perlakuan manusia terhadap lingkungan akan mempengaruhi mutu lingkungan hidupnya.
Konsep mutu lingkungan berbeda bagi tiap orang yang mengartikan dan mempersepsikannya. Soemarwoto (1991: 53) secara sederhana menerjemahkan bahwa mutu lingkungan hidup diukur dari kerasannya manusia yang tinggal di lingkungan tersebut, yang diakibatkan oleh terjaminnya perolehan rezeki, iklim dan faktor alamiah lainnya yang sesuai.
Batasan ini terasa sempit, bila dikaitkan dengan pengaruh elemen lingkungan yang sifatnya tidak dikenali dan dirasakan, misalnya dampak radiasi baik yang disebabkan oleh sinar ultraviolet atau limbah nuklir, yang bersifat merugikan bagi kelangsungan hidup makhluk hidup.

B.     Industri Dan Pencemaran Lingkungan
Jika kita ingin menyelamatkan lingkungan hidup, maka perlu adanya itikad yang kuat dan kesamaan persepsi dalam pengelolaan lingkungan hidup. Pengelolaan lingkungan hidup dapatlah diartikan sebagai usaha secara sadar untuk memelihara atau memperbaiki mutu lingkungan agar kebutuhan dasar kita dapat terpenuhi dengan sebaik-baiknya.
Memang manusia memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap lingkungannya, secara hayati ataupun kultural, misalnya manusia dapat menggunakan air yang tercemar dengan rekayasa teknologi (daur ulang) berupa salinisasi, bahkan produknya dapat menjadi komoditas ekonomi. Tetapi untuk mendapatkan mutu lingkungan hidup yang baik, agar dapat dimanfaatkan secara optimal maka manusia diharuskan untuk mampu memperkecil resiko kerusakan lingkungan.
Dengan demikian, pengelolaan lingkungan dilakukan bertujuan agar manusia tetap "survival". Hakekatnya manusia telah "survival" sejak awal peradaban hingga kini, tetapi peralihan dan revolusi besar yang melanda umat manusia akibat kemajuan pembangunan, teknologi, iptek, dan industri, serta revolusi sibernitika, menghantarkan manusia untuk tetap mampu menggoreskan sejarah kehidupan, akibat relasi kemajuan yang bersinggungan dengan lingkungan hidupnya. Karena jika tidak mampu menghadapi berbagai tantangan yang muncul dari permasalahan lingkungan, maka kemajuan yang telah dicapai terutama berkat ke-magnitude-an teknologi akan mengancam kelangsungan hidup manusia.


  1. Dampak Industri dan Teknologi terhadap Lingkungan
Joseph Schumpeter (dalam Marchinelli dan Smelser,1990 :14-20) mengisyaratkan tentang pentingnya inovasi dalam proses pembangunan ekonomi di suatu negara. Dalam hal ini, pesatnya hasil penemuan baru dapat dijadikan sebagai ukuran kemajuan pembangunan ekonomi suatu bangsa.
Dari berbagai tantangan yang dihadapi dari perjalanan sejarah umat manusia, kiranya dapat ditarik selalu benang merah yang dapat digunakan sebagai pegangan mengapa manusia "survival" yaitu oleh karena teknologi.
Teknologi memberikan kemajuan bagi industri baja, industri kapal laut, kereta api, industri mobil, yang memperkaya peradaban manusia.. Teknologi juga mampu menghasilkan sulfur dioksida, karbon dioksida, CFC, dan gas-gas buangan lain yang mengancam kelangsungan hidup manusia akibat memanasnya bumi akibat efek "rumah kaca".
Teknologi yang diandalkan sebagai istrumen utama dalam "revolusi hijau" mampu meningkatkan hasil pertanian, karena adanya bibit unggul, bermacam jenis pupuk yang bersifat suplemen, pestisida dan insektisida. Dibalik itu, teknologi yang sama juga menghasilkan berbagai jenis racun yang berbahaya bagi manusia dan lingkungannya, bahkan akibat rutinnya digunakan berbagi jenis pestisida ataupun insektisida mampu memperkuat daya tahan hama tananam misalnya wereng dan kutu loncat.
Teknologi juga memberi rasa aman dan kenyamanan bagi manusia akibat mampu menyediakan berbagai kebutuhan seperti tabung gas kebakaran, alat-alat pendingin (lemari es dan AC), berbagai jenis aroma parfum dalam kemasan yang menawan, atau obat anti nyamuk yang praktis untuk disemprotkan, dan sebagainya. Serangkai dengan proses tersebut, ternyata CFC (chlorofluorocarbon) dan tetra fluoro ethylene polymer yang digunakan justru memiliki kontribusi bagi menipisnya lapisan ozone di stratosfer.
Teknologi memungkinkan negara-negara tropis (terutama negara berkembang) untuk memanfaatkan kekayaan hutan alamnya dalam rangka meningkatkan sumber devisa negara dan berbagai pembiayaan pembangunan, tetapi akibat yang ditimbulkannya merusak hutan tropis sekaligus berbagai jenis tanaman berkhasiat obat dan beragam jenis fauna yang langka.
Terlepas dari berbagai keberhasilan pembangunan yang disumbangkan oleh teknologi dan sektor industri di Indonesia, sesungguhnya telah terjadi kemerosotan sumber daya alam dan peningkatan pencemaran lingkungan, khususnya pada kota-kota yang sedang berkembang seperti Gresik, Surabaya, Jakarta, Bandung Lhokseumawe, Medan, dan sebagainya. Bahkan hampir seluruh daerah di Jawa telah ikut mengalami peningkatan suhu udara, sehingga banyak penduduk yang merasakan kegerahan walaupun di daerah tersebut tergolong berhawa sejuk dan tidak pesat industrinya.
Berkaitan dengan pernyataan tersebut, Amsyari (1996:104), mencatat kerusakan lingkungan akibat industrialisasi di beberapa kota di Indonesia, yaitu:
-          Terjadinya penurunan kualitas air permukaan di sekitar daerah-daerah industri.
-          Konsentrasi bahan pencemar yang berbahaya bagi kesehatan penduduk seperti merkuri, kadmium, timah hitam, pestisida, pcb, meningkat tajam dalam kandungan air permukaan dan biota airnya.
-          Kelangkaan air tawar semakin terasa, khususnya di musim kemarau, sedangkan di musim penghujan cenderung terjadi banjir yang melanda banyak daerah yang berakibat merugikan akibat kondisi ekosistemnya yang telah rusak.
-          Temperatur udara maksimal dan minimal sering berubah-ubah, bahkan temperatur tertinggi di beberapa kola seperti Jakarta sudah mencapai 37 derajat celcius.
-          Terjadi peningkatan konsentrasi pencemaran udara seperti CO, NO2r SO2, dan debu.
-          Sumber daya alam yang dimiliki bangsa Indonesia terasa semakin menipis, seperti minyak bumi dan batu bara yang diperkirakan akan habis pada tahun 2020.
-          Luas hutan Indonesia semakin sempit akibat tidak terkendalinya perambahan yang disengaja atau oleh bencana kebakaran. Kondisi hara tanah semakin tidak subur, dan lahan pertanian semakin menyempit dan mengalami pencemaran.

  1. Klasifikasi Pencemaran Lingkungan
Masalah pencemaran lingkungan hidup, secara teknis telah didefinisikan dalam UU No. 4 Tahun 1982, yakni masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan dan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat lagi berfungsi sesuai peruntukannya.
Dari definisi yang panjang tersebut, terdapat tiga unsur dalam pencemaran, yaitu : sumber perubahan oleh kegiatan manusia atau proses alam, bentuk perubahannya adalah berubahnya konsentrasi suatu bahan (hidup/mati) pada lingkungan, dan merosotnya fungsi lingkungan dalam menunjang kehidupan.
Pencemaran dapat diklasifikasikan dalam bermacam-macam bentuk menurut pola pengelompokannya. Berkaitan dengan itu, Amsyari (1996: 102), mengelompokkan pencemaran alas dasar : a) bahan pencemar yang menghasilkan bentuk pencemaran biologis, kimiawi, fisik, dan budaya; b) pengelompokan menurut medium lingkungan menghasilkan bentuk pencemaran udara, air, tanah, makanan, dan sosial; c) pengelompokan menurut sifat sumber menghasilkan pencemaran dalam bentuk primer dan sekunder.
Namun apapun klasifikasi dari pencemaran lingkungan, pada dasarnya terletak pada esensi kegiatan manusia yang mengakibatkan terjadinya kerusakan yang merugikan masyarakat banyak dan lingkungan hidupnya.

C.    Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) dan Kesehatan
Dalam Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, pada pasal 1 butir 1 disebutkan bahwa yang dimaksud dengan kesehatan adalah keadaan yang sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Adapun derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu :
-          Faktor Lingkungan
-          Faktor Perilaku
-          Faktor Pelayanan Kesehatan
-          Faktor Bawaan (Keturunan)
Dari keempat faktor tersebut, faktor lingkungan merupakan faktor yang paling besar pengaruhnya dibandingkan dengan ketiga faktor yang lain.
Pada umumnya, bila manusia dan lingkungannya berada dalam keadaan seimbang, maka keduanya berada dalam keadaan sehat. Tetapi karena sesuatu sebab sehingga keseimbangan ini terganggu atau mungkin tidak dapat tercapai, maka dapat menimbulkan dampak yang merugikan bagi kesehatan.
Keseimbangan tersebut sangat kompleks. Dari lingkungan alaminya manusia mengambil makanan dan sumber daya lain yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan materinya, ke lingkungan alami pula manusia membuang berbagai bahan buangan baik dari badannya maupun dari proses produksinya.
Proses pengambilan maupun pembuangan ini bila tidak terkendali, menimbulkan dampak terhadap lingkungan yang dapat merugikan bagi kehidupan manusia itu sendiri, antara lain gangguan kesehatan, gangguan kenyamanan, gangguan ekonomi dan sosial. Dalam hal tersebut diatas yang perlu kita cermati adalah bahwa alam mempunyai daya dukung dan daya tampung yang terbatas. Bila pengelolaannya tidak seimbang maka kelestarian lingkungan juga akan terganggu.
Perilaku manusia yang tidak sehat, akan memperburuk kondisi lingkungan dengan timbulnya “man made breeding places” bagi kuman dan vektor penyakit maupun sumber pencemar yang dapat memajani manusia.
Selaras dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, bertambahnya jumlah penduduk dengan mobilitas yang cepat, sangat berpengaruh terhadap kebutuhan manusia yang tidak hanya kebutuhan dasar saja. Dari kebutuhan dasar yang berupa makanan dan sandang sampai pada kebutuhan materi sebagai hasil proses industri, memunculkan kecenderungan semakin meningkatnya tempat / kegiatan yang juga menghasilkan limbah berupa bahan berbahaya dan beracun bagi kehidupan manusia maupun makhluk hidup lainnya.
Kondisi tersebut, bila tidak terkendali akan menimbulkan masalah kesehatan yang semakin berat dan luas dengan semakin tingginya angka kesakitan, baik karena penyakit infeksi maupun non infeksi sebagai akibat dari pencemaran lingkungan oleh bahan-bahan yang tidak diinginkan.
Beberapa tahun terakhir ini telah terjadi transisi epidemiologik, yaitu bergesernya pola penyakit yang sebelumnya didominasi oleh penyakit infeksi, pada saat ini penyakit non infeksi antara lain hipertensi, jantung, diabetes melitus, gangguan fungsi ginjal, kanker, lebih menonjol dibanding tahun-tahun sebelumnya.

D.    Limbah dan Masalahnya
Karena limbah dibuang ke lingkungan, maka masalah yang ditimbulkannya merata dan menyebar di lingkungan yang luas. Limbah gas terbawa angin dari satu tempat ke tempat lainnya. Limbah cair atau padat yang dibuang ke sungai, dihanyutkan dari hulu sampai jauh ke hilir, melampaui batas-batas wilayah akhirnya bermuara di laut atau danau, seolah-olah laut atau danau menjadi tong sampah.
Limbah bermasalah antara lain berasal dari kegiatan pemukiman, industri, pertanian, pertambangan dan rekreasi.
Limbah pemukiman selain berupa limbah padat yaitu sampah rumah tangga, juga berupa tinja dan limbah cair yang semuanya dapat mencemari lingkungan perairan. Air yang tercemar akan menjadi sumber penyakit menular.
Limbah industri baik berupa gas, cair maupun padat umumnya termasuk kategori atau dengan sifat limbah B3.
Kegiatan industri disamping bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan, ternyata juga menghasilkan limbah sebagai pencemar lingkungan perairan, tanah, dan udara. Limbah cair, yang dibuang ke perairan akan mengotori air yang dipergunakan untuk berbagai keperluan dan mengganggu kehidupan biota air. Limbah padat akan mencemari tanah dan sumber air tanah.
Limbah gas yang dibuang ke udara pada umumnya mengandung senyawa kimia berupa SOx, NOx, CO, dan gas-gas lain yang tidak diinginkan. Adanya SO2 dan NOx di udara dapat menyebabkan terjadinya hujan asam yang dapat menimbulkan kerugian karena merusak bangunan, ekosistem perairan, lahan pertanian dan hutan.
Limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) yang sangat ditakuti adalah limbah dari industri kimia. Limbah dari industri kimia pada umumnya mengandung berbagai macam unsur logam berat yang mempunyai sifat akumulatif dan beracun (toxic) sehingga berbahaya bagi kesehatan manusia.
Limbah pertanian yang paling utama ialah pestisida dan pupuk. Walau pestisida digunakan untuk membunuh hama, ternyata karena pemakaiannya yang tidak sesuai dengan peraturan keselamatan kerja, pestisida menjadi biosida–pembunuh kehidupan. Pestisida yang berlebihan pemakaiannya, akhirnya mengkontaminasi sayuran dan buah-buahan yang dapat menyebabkan keracunan konsumennya.
Pupuk sering dipakai berlebihan, sisanya bila sampai di perairan dapat merangsang pertumbuhan gulma penyebab timbulnya eutrofikasi. Pemakaian herbisida untuk mengatasi eutrofikasi menjadi penyebab terkontaminasinya ikan, udang dan biota air lainnya.
Pertambangan memerlukan proses lanjutan pengolahan hasil tambang menjadi bahan yang diinginkan. Misalnya proses di pertambangan emas, memerlukan bahan air raksa atau mercury akan menghasilkan limbah logam berat cair penyebab keracunan syaraf dan merupakan bahan teratogenik.
Kegiatan sektor pariwisata menimbulkan limbah melalui sarana transportasi, dengan limbah gas buang di udara, tumpahan minyak dan oli di laut sebagai limbah perahu atau kapal motor di kawasan wisata bahari.

E.     Toksikologi Lingkungan
Karena limbah industri pada umumnya bersifat sebagai bahan berbahaya dan beracun (B3), maka substansi atau zat beracun di lingkungan yang sangat menjadi perhatian ialah yang bersumber pada kegiatan manusia yang dibuang ke lingkungan sebagai limbah.
Karena kajian toksikologi adalah bahan beracun, maka obyek toksikologi lingkungan ialah limbah kimia yang beracun, umumnya termasuk kelompok limbah bahan berbahaya dan beracun (hazardous waste and toxic chemical).
Sedangkan yang dimaksud dengan toxicology lingkungan adalah pengetahuan yang mempelajari efek substansi toksik (beracun) yang terdapat di lingkungan alam maupun lingkungan binaan; mempelajari dampak atau resiko keberadaan substansi tersebut terhadap makhluk hidup.
Didalam Peraturan Pemerintah R.I. Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, yang dimaksud dengan B3 dapat diartikan “Semua bahan/senyawa baik padat, cair, ataupun gas yang mempunyai potensi merusak terhadap kesehatan manusia serta lingkungan akibat sifat-sifat yang dimiliki senyawa tersebut”.
Limbah B3 diidentifikasi sebagai bahan kimia dengan satu atau lebih karakteristik :
-          mudah meledak
-          mudah terbakar
-          bersifat reaktif
-          beracun
-          penyebab infeksi
-          bersifat korosif.
Toksikologi lingkungan menjadi sangat penting, karena kenyataannya adalah bahwa yang paling merasakan dampak suatu kegiatan adalah manusia, bagian dari makhluk hidup.
Kata racun (toksin, toksikan) memang berhubungan dengan sistem kehidupan; sistem biologi. Toksisitas suatu bahan kimia ditentukan dengan LD 50 atau LC 50, yaitu dosis atau konsentrasi suatu bahan uji yang menimbulkan kematian 50 % hewan uji.
Pada manusia, sasaran toksikan pertama-tama adalah saluran pencernaan. Toksikan yang masuk melalui makanan pertama kali di dalam mulut akan diabsorbsi atau mengkontaminasi kelenjar ludah (saliva) yang kemudian dapat meracuni alat-alat pencernaan, dan selanjutnya menyebar ke organ vital lainnya.
Limbah B3 dari kegiatan industri yang terbuang ke lingkungan akhirnya akan berdampak pada kesehatan manusia. Dampak itu dapat langsung dari sumber ke manusia, misalnya meminum air yang terkontaminasi atau melalui rantai makanan, seperti memakan ikan yang telah menggandakan (biological magnification) pencemar karena memakan mangsa yang tercemar.



BAB III
PENUTUP


A.    Kesimpulan
Adapun yang menjadi kesimpulan dari penelitian diatas, sebagai berikut :
1.        Pembangunan yang mengandalkan teknologi dan industri dalam mempertahankan tingkat pertumbuhan ekonomi seringkali membawa dampak negatif bagi lingkungan hidup manusia.
2.        Pencemaran lingkungan akan menyebabkan menurunnya mutu lingkungan hidup, sehingga akan mengancam kelangsungan makhluk hidup, terutama ketenangan dan ketentraman hidup manusia.
3.        Adanya pengertian dan persepsi yang sama dalam memahami pentingnya lingkungan hidup bagi kelangsungan hidup manusia akan dapat mengendalikan tindakan dan perilaku manusia untuk lebih mementingkan lingkungan hidup.
4.        Kemauan untuk saling menjaga kelestarian dan keseimbangan lingkungan hidup merupakan itikad yang luhur dari dalam diri manusia dalam memandang hakekat dirinya sebagai warga dunia.

B.     Saran
Limbah industri harus ditangani dengan baik dan serius oleh Pemerintah Daerah dimana wilayahnya terdapat industri. Pemerintah harus mengawasi pembuangan limbah industri dengan sungguh-sungguh. Pelaku industri harus melakukan cara-cara pencegahan pencemaran lingkungan dengan melaksanakan teknologi bersih, memasang alat pencegahan pencemaran, melakukan proses daur ulang dan yang terpenting harus melakukan pengolahan limbah industri guna menghilangkan bahan pencemaran atau paling tidak meminimalkan bahan pencemaran hingga batas yang diperbolehkan. Di samping itu perlu dilakukan penelitian atau kajian-kajian lebih banyak lagi mengenai dampak limbah industri yang spesifik (sesuai jenis industrinya) terhadap lingkungan serta mencari metode atau teknologi tepat guna untuk pencegahan masalahnya.
Saran yang dapat disampaikan untuk semua pihak agar proses industrialisasi tidak lantas menjadi penyebab kerusakan lingkungan adalah :
  1. Sebaiknya dalam mengeksploitasi sumber daya alam dan lingkungan yang dilakukan oleh dunia industri tidak hanya bertujuan meningkatkan keuntungan ekonomi semata, harus pula diiringi dengan kemauan untuk menyisihkan biaya bagi penelitian dan pemeliharaan lingkungan hidup.
  2. Perlu dilibatkan masyarakat dalam pengawasan pengolahan limbah buangan industri agar lebih intens dalam menjaga mutu lingkungan hidup.
  3. Upaya untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan adalah upaya promotif, preventif, pengobatan dan pemulihan; dengan menitik beratkan pada upaya promotif dan preventif. Filosofi kesehatan yang menyatakan bahwa mencegah lebih mudah dan murah dari pengobatan, sebaiknya dapat menjadi rujukan.
  4. Limbah B3 sebelum dibuang ke media lingkungan seharusnya diolah / ditreatment lebih dulu.
  5. Pemerintah telah mengeluarkan berbagai peraturan yang berhubungan dengan masalah lingkungan hidup, antara lain yang mengatur bahwa limbah yang dihasilkan oleh suatu kegiatan (misal : industri) yang dibuang ke lingkungan (udara dan perairan) harus sesuai dengan baku mutu lingkungan baik itu baku mutu untuk udara maupun baku mutu untuk air.
  6. Maksud dan tujuan peraturan tersebut adalah sebagai upaya pencegahan agar daya dukung lingkungan dan daya tampung lingkungan untuk kelangsungan hidup manusia dapat dipertahankan. Biaya yang dikeluarkan dari pada untuk pengobatan atau pemulihan kesehatan lebih baik untuk menjaga, memelihara dan melestarikan lingkungan agar manusia dapat tetap produktif dan dapat menikmati hidupnya.


DAFTAR PUSTAKA


Slamet Ryadi. Kesehatan Lingkungan. Karya Anda. Surabaya, 1984.
Shalahuddin Djalal Tanjung. Toksikologi Lingkungan. Pusat Studi Lingkungan Hidup. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta, 2002.
www.google.co.id/pengaruh_industri_terhadap_lingkungan_hidup. Diakses Pebruari 2008.